Jumat, 05 Desember 2014

sistem pengisian kendaraan



SISTEM PENGISIAN
(CHARGING SYSTEM)

Fungsi baterai pada automobile adalah untuk mensuplai kebutuhan listrik pada komponen-komponen yang membutuhkan energi listrik. Namun kemampuan / kapasitas baterai sangat terbatas. Sehingga tidak akan mampu mensuplai tenaga secara terus menerus tanpa pengisian. Oleh karena itu pada mobil diperlukan sistem pengisian (Charging system).
Komponen utama pada sistem pengisian terdiri dari : Alternator; dan regulator.











ALTERNATOR

Fungsi alternator adalah untuk merubah energi mekanik berbentuk putaran menjadi energi listrik. Prinsip kerja alternator sesuai dengan kaidah tangan kanan Fleming. Alternator pembangkit listrik, sebagaimana pembangkit listrik non kimia, besar kecilnya listrik yang dihasilkan sangat ditentukan oleh kondisi tiga faktor, yaitu : Jumlah lilitan (kumparan); jumlah garis-garis gaya magnet (fluxi); dan jumlah gerakan (putaran). Adapun yang bergerak bisa fluxi atau kumparan.
Alternator dapat menghasilkan energi listrik karena adanya sejumlah komponen yang bekerja sesuai dengan fungsinya. Komponen-komponen tersebut adalah :
Rotor yang menghasilkan medan magnet listrik; Stator yang menghasilkan arus listrik bolak balik; dan beberapa diode (rectifier) yang menyearahkan arus; Sikat-sikat (brush) yang mensuplai arus listrik ke rotor untuk menghasilkan medan magnet; bearing-bearing yang memungkinkan rotor berputar lembut; kipas untuk mendinginkan alternator; dan puli untuk tempat tali kipas penggerak rotor.





        







RAKITAN KOMPONEN ALTERNATOR








a.    Rotor
Rotor merupakan bagian yang berputar di dalam alternator, pada rotor terdapat kumparan rotor (rotor coil) yang berfungsi untuk membangkitkan kemagnetan. Kuku-kuku pada rotor berfungsi sebagai kutub-kutub magnet, dua slip ring yang terdapat pada poros rotor berfungsi sebagai penyalur listrik ke kumparan rotor.

b.   Stator
Stator merupakan bagian yang diam dan terdiri dari tiga kumparan yang pada salah satu ujung-ujungnya dijadikan satu yang dikenal sebagai hubungan “Y” atau bintang tiga fhase. Bagian tengah yang menjadi satu adalah pusat gulungan dan bagian ini disebut titik netral (neutral point) atau biasa disebut terminal “N”. Sedangkan pada bagian ujung kabel lainnya akan menghasilkan arus bolak-balik (AC) tiga phase.


c.    Rectifier (Diode)
Rectifier atau rakitan diode yang fungsinya menyearahkan arus bolak balik (AC) yang dihasilkan oleh stator coil menjadi arus searah (DC), selain itu juga mencegah arus balik dari baterai ke alternator.

d.   Kipas (Fan)
Fungsi kipas untuk mendinginkan diode dan kumparan-kumparan pada alternator.

e.    Puli (Pully)
Puli berfungsi untuk tempat tali kipas yang menghubungkan putaran dari puli poros engkol ke poros rotor

REGULATOR
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tegangan listrik yang dihasilkaan dari alternator sangat tergantung pada jumlah putaran rotor; banyaknya fluxi pada rotor; dan jumlah lilitan (kumparan) pada stator. Sedangkan putaran rotor akan mengikuti putaran mesin yang tentunya akan berubah-ubah. Sementara banyaknya Fluxi tergantung pada besar kecilnya jumlah arus litrik yang masuk ke kumparan rotor. Agar tegangan dan arus listrik yang dihasilkan alternator memberikan pengisian yang setabil, maka harus menggunakan Regulator. Jadi fungsi Regulator adalah mengatur besar-kecilnya arus listrik yang masuk ke dalam rotor coil, sehingga magnet listrik yang timbul pada rotor menjadi berbanding terbalik dengan putaran rotor coil. Akibatnya tegangan yang dihasilkan oleh alternator relatif konstan. Selain itu Regulator juga berfungsi mematikan lampu tanda pengisian.
Ada dua tipe regulator, yaitu tipe point (point type); dan tipe tanpa point (pointless type). Untuk tipe tanpa point juga biasa disebut tipe IC Regulator, karena terdiri dari integrated circuit.

 




































CARA KERJA SISTEM PENGISIAN DENGAN REGULATOR               TIPE POINT

1.    Cara Kerja pada saat Kunci Kontak ON dan Mesin Mati
Bila kunci kontak diputar ke posisi ON, arus dari baterai akan mengalir ke rotor  dan menghasilkan magnet lirtrik. Pada waktu yang sama, arus baterai juga mengalir ke lampu pengisian (CHG) dan lampu jadi menyala.
Secara keseluruhan mengalirnya arus litrik sebagai berikut :


a.      Arus yang ke Rotor Coil
Terminal (+) baterai > fusible link > kunci kontak (IG Switch) > sekring >   terminal IG Regulator >  kontak point PL1 >  point PLo > terminal F regulator > terminal F alternator > brush  > slip ring > rotor coil > slip ring > brush  > terminal E alternator  > massa  bodi.
Akibatnya pada rotor timbul magnet yang disebut arus medan (field current).

b.      Arus ke Lampu Charge
Terminal (+) baterai > fusible link > saklar > kunci kontak IG >  sekering >  lampu CHG  > terminal L regulator > titik kontak Po >  titik kontak P1>     terminal E regulator >  massa bodi.
Akibatnya lampu charge akan nyala.

2.    Cara kerja pada saat mesin hidup dari kecepatan rendah ke kecepatan sedang
Mesin hidup, rotor berputar, stator menghasilkan tegangan listrik. Tegangan listrik dari kutub N (netral) digunakan untuk voltage relay yang menyebabkan timbul magnet dan menarik titik kontak Po berhubungan dengan P2, lepas dari P1. Arus listrik dari terminal B mengontrol arus dari L, sehingga lampu CHG padam. Untuk lebih jelasnya aliran arus litrik pada masing-masing peristiwa sebagai berikut :


a.    Tegangan Neutral
Terminal N alternator – terminal N regulator – magnet coil dari voltage relay – terminal E regulator – massa bodi.
Akibatnya pada magnet coil dari votage reray akan terjadi kemagnetan dan dapat menarik titik kontak Po dari P1, selanjutnya berhubungan dengan P2. Akibatnya lampu pengisian CHG mati.

b.   Tegangan yang keluar (output voltage)
Terminal B alternator – terminal B regulator – titik kontak P2 – titik kontak Po – magnet coil dari voltage regulator – terminal E regulator --  massa bodi. Akibatnya pada coil voltage regulator timbul kemagnetan yang dapat mempengaruhi posisi dari titik kontak PLo. Dalam hal ini PLo akan tertarik dari PL1, sehingga pada kecepatan sedang PLo akan mengambang (lihat gambar).


c.    Arus yang ke rotor coil (Field Current)
Terminal B alternator – IG switch – fuse – terminal IG regulator – titik kontak PL1 – kontak Plo – Resister R – Terminal F regulator – terminal F alternator – rotor coil – terminal E alternator – massa bodi.
Dalam hal ini jumlah arus/tegangan yang masuk ke rotor coil bisa melalui dua saluran.
۩ Bila kemagnetan di voltage regulator besar dan mampu menarik PLo dari PL1, maka arus yang masuk ke rotor coil akan melalui resister R. Akibatnya arus akan kecil dan kemagnetan yang timbul di rotor coil pun kecil.
         ۩ Sedangkan kalau kemagnetan pada voltage regulator lemah dan PLo tidak tertarik dari PL1, maka arus yang ke rotor coil akan tetap melalui PL1 – Plo. Akibatnya arus tidak melalui resistor dan arus yang masuk ke rotor coil akan  normal kembali.

d.   Out put current
Terminal B alternator – baterai dan beban – massa bodi.

3.    Cara kerja pada saat mesin kecepatan sedang ke kecepatan tinggi
Bila putaran mesin bertambah, voltage yang dihasilkan oleh kumparan stator naik, dan gaya tarik dari kemagnetan kumparan  voltage regulator menjadi lebih kuat.
Dengan gaya tarik yang lebih kuat field current yang  mengalir ke rotor akan terputus-putus. Dengan kata lain gerakan titik kontak PLo dari voltage regulator kadang-kadang  membuat hubungan dengan PL2. Akan tetapi pada sisi lain point Po selamanya tetap berhubungan dengan P2, sebab tegangan N terpelihara dalam sisa Fluxi dari rotor.
Aliran arus yang terjadi pada kondisi ini sebagai berikut :

a.      Voltage Neutral (Tegangan Neutral)
Terminal N alternator --- terminal N regulator --- magnet coil dari voltage relay --- terminal E regulator --- masa bodi.

b.      Out put voltage
Terminal B alternator --- terminal B regulator –- point P2 –- Point Po --- magnet coil dari N regulator --- terminal E regulator.
     Inilah yang disebut Out put Voltage
c.       Tidak ada arus ke Field Current (rotor coil)
Terminal B alternator --- IG switch --- fuse --- terminal IG regulator --- resistor R --- terminal F regulator --- terminal F alternator --- rotor coil ---atau --- point PLo --- point PL2 ---ground (tanpa field current) --- terminal E alternator --- massa (F current).
Bila arus melalui resistor R --- terminal F regulator --- rotor coil --- massa, akibatnya arus yang ke rotor ada, akan tetapi bila PLo nempel ke PL2 maka arus mengalir ke massa sehingga yang ke rotor coil tidak ada.

d.      Out put current
Terminal B alternator --- baterai/beban --- massa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar